MAULID NABI ITU BID'AH
BENAR KAH ???
Banyak yang keliru dalam memahami perayaan
Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga terjadi
persoalan-persoalan baru serta perdebatan-perdebatan panjang yang mengakibatkan
mereka menyia-nyiakan waktu mereka. Persoalan dan perdebatan ini tidak ada
nilainya, bagaikan laksana debu yang berterbangan karena dibangun di atas dugaan
yang dianggap benar yang keliru.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam hanyalah sebuah tradisi dan sama sekali bukan ibadah.
Aktivitas semacam ini merupakan tradisi yang baik yang tidak perlu
dikategorikan sebagai hal yang disyari’atkan atau disunnahkan, sebagaimana ia
tidak bertentangan dengan salah satu tujuan agama. Hal yang berbahaya adalah
meyakini disyari’atkan sesuatu yang tidak disyari’atkan.
Dalam setiap acara, pertemuan dan perayaan,
bahwa kegiatan dalam format demikian adalah sekedar tradisi yang tidak memiliki
unsur ibadah sama sekali. Setelah penjelasan ini, masih adakah yang menolak
dari orang yang ingkar dan bantahan dari orang yang menentang? Namun, musibah
terbesar sesungguhnya adalah ketidakmengertian. Oleh karena itu Imam Syafi’i
pernah berkata ; “Saya tidak pernah berdebat dengan orang berilmu, kecuali
saya mampu mengalahkannya dan saya tidak pernah berdebat dengan orang bodoh,
kecuali ia mampu mengalahkanku.”
Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
al-Hasani seorang Ulama’ keturunan keluarga Nabi Muhammad menuliskan
argumentnya di dalam Kitab yang beliau karang “Kitab Mafahim Yajibu an
Tushahhah” yang berbunyi ;
“jika seseorang berkata, “ini (perayaan) ritual yang
disyari’atkan beserta tata caranya,” maka saya akan bertanya
kepadanya, “mana
dalilnya?” dan jika ia berkata, “ini adalah tradisi”, maka
saya akan berkata kepadanya, “berbuatlah sesukamu”. Karena hal ini yang berbahaya dan berpotensi
menjadi bencana yang kami khawatirkan adalah jika membungkus ibadah dengan
tindakan bid’ah yang tidak disyari’atkan, namun hanya ijtihad manusia. Hal ini
adalah pandangan yang tidak kami setujui dan justru kami perangi dan kami
peringatkan.”
Salah satu gambaran keliru yang ada di dalam
benak mereka adalah mereka mengira bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah suatu ajakan pada malam tertentu tidak sepanjang
tahun. Ketahuilah, bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam ialah suatu hal untuk mengingat dan memiliki keterkaitan dengan Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan mengatakan bahwa mengingat Nabi
Muhammad hanya pada satu malam saja, sedangkan pada malam-malam lainnya tidak
mengingat Nabi Muhammad, maka orang yang mengatakan seperti itu, telah
melakukan dosa besar dan kebohongan yang nyata. Mengingat Nabi Muhammad tepat
pada bulan kelahirannya adalah hari yang lebih bersejarah (spesial) dari
pada mengingat di hari yang lainnya, karena pada bulan kelahiran beliau ada
faktor pendorong yang lebih kuat untuk mengarahkan dan mengumpulkan orang-orang
karena emosi mereka yang meluap-luap untuk merayakannya.
Ketika seseorang berkumpul dalam rangka
memperingati maulid nabi, maka yang terpenting bukanlah menetukan waktunya
dengan tepat. Hal ini dikarenakan jika waktu peringatan itu ternyata sesuai
dengan waktu kejadian maka ucapkanlah Alhamdulillah. Tetapi, jika
ternyata meleset (melalukan perayaan untuk mengingat nabi Muhammad tidak
sesuai waktu kejadian) maka Allah tidak akan menolak kita dan tidak akan
menutup pintu-Nya untuk kita. Perbedaan dalam menentukan waktu tidak memiliki
pengaruh, karena Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tidak meyakini disyari’atkannya
berkumpul pada waktu-waktu tertentu. Masalah ini hanyalah persoalan tradisi
sebagaimana yang telah dijelaskan. Yang terpenting adalah memanfaatkan
kesempatan dan moment berkumpulnya orang banyak untuk mengarahkannya ke hal
yang positif dan di malam tersebut, masyarakat dalam jumlah besar bisa
berkumpul, baik mereka keliru dalam menentukan waktunya maupun benar. Hal ini
dikarenakan berkumpulnya mereka ini untuk mengingat Allah subhanahu wa ta’ala
dan mengungkapkan rasa cinta kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Tidak layak seorang yang berakal bertanya, “mengapa kalian memperingatinya?” karena seolah-olah ia bertanya, “mengapa kalian bergembira
dengan adanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Apakah sah bila pertanyaan ini timbul dari
seorang muslim yang mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang bodoh.
Seandainya pun saya misalnya, harus
menjawab, cukuplah menjawabnya dengan demikian, “saya memperingatinya karena
saya gembira dan bahagia dengan beliau, saya gembira dan bahagia dengan beliau
karena saya mencintainya, dan saya mencintainya karena saya seorang mukmin.” K.H. Luthfi Bashori, selaku Pengurus Pusat
Hai’ah Ash-Shofwah Al-Malikiyyah “Ketua Bidang Dakwah” mengatakan “Barangsiapa
yang mengharamkan orang membaca tahlil ataupun merayakan perayaan hari besar
Islam seperti “Maulid Nabi”, maka bisa-bisa menjadi murtad (keluar dari
agama Islam) karena tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah yang berani
mengharamkan bacaan sholawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, tidak beriman kepada Allah yang berani mengharamkan pelaksanaan majlis
ta’lim, dan tidak beriman kepada Allah karena berani mengharamkan shadaqoh
berupa memberi makan tamu, baik yang dikenal maupun yang belum dikenal.
Abuya sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki
al-Hasani juga menceritakan di dalam kitab yang dikarangnya “Kitab Mafahim
Yajibu an Tushahhah”, bahwa hampir setiap siang dan malam di kota Makkah dan
Madinah dibentuk perkumpulan guna memperingati maulid Nabi. Fakta ini diketahui
sebagian orang dan sebagian lagi tidak mengetahuinya.
Oleh karena itu, Maulid Nabi adalah sebuah
perayaan besar yang berupa tradisi besar ummat Islam, perayaan Maulid Nabi
bukanlah Ibadah. Perayaan Maulid Nabi adalah suatu aktivitas yang mengandung
banyak manfaat untuk masyarakat. Perayaan Maulid Nabi berguna untuk mengajak
mendekatkan diri kepada Allah, memuji Nabi Muhammad, bersholawat kepada beliau,
dan mengingatkan kepada umat akan budi pekerti, etika, aktivitas perjalanan
hidup, serta ibadah Nabi Muhammad. Sesuai hadist :
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Barang siapa bersholawat kepadaku dengan satu sholawat maka Allah
memberinya 10 rahmat. Barang siapa bersholawat kepadaku sepuluh kali maka Allah
memberinya 100 rahmat. Barang siapa bersholawat kepadaku seribu kali maka ia
tak akan disentuh api neraka.”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “sholawat kalian kepadaku adalah penghapus dosa-dosa.”
Sumber : Buku terjemahan Kitab Mafahim
Yajibu an Tushahhah
(Karya abuya Sayyid Muhammad bin
‘Alawi al-Maliki al-Hasani)
Semoga bermanfaat.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar