Minggu, 08 Mei 2016

MAULID NABI ITU BID'AH, BENARKAH ???


                                         

MAULID NABI ITU BID'AH
BENAR KAH ???

Banyak yang keliru dalam memahami perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga terjadi persoalan-persoalan baru serta perdebatan-perdebatan panjang yang mengakibatkan mereka menyia-nyiakan waktu mereka. Persoalan dan perdebatan ini tidak ada nilainya, bagaikan laksana debu yang berterbangan karena dibangun di atas dugaan yang dianggap benar yang keliru.


Perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah sebuah tradisi dan sama sekali bukan ibadah. Aktivitas semacam ini merupakan tradisi yang baik yang tidak perlu dikategorikan sebagai hal yang disyari’atkan atau disunnahkan, sebagaimana ia tidak bertentangan dengan salah satu tujuan agama. Hal yang berbahaya adalah meyakini disyari’atkan sesuatu yang tidak disyari’atkan.


Dalam setiap acara, pertemuan dan perayaan, bahwa kegiatan dalam format demikian adalah sekedar tradisi yang tidak memiliki unsur ibadah sama sekali. Setelah penjelasan ini, masih adakah yang menolak dari orang yang ingkar dan bantahan dari orang yang menentang? Namun, musibah terbesar sesungguhnya adalah ketidakmengertian. Oleh karena itu Imam Syafi’i pernah berkata ; “Saya tidak pernah berdebat dengan orang berilmu, kecuali saya mampu mengalahkannya dan saya tidak pernah berdebat dengan orang bodoh, kecuali ia mampu mengalahkanku.”


Prof. Dr. As-Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki al-Hasani seorang Ulama’ keturunan keluarga Nabi Muhammad menuliskan argumentnya di dalam Kitab yang beliau karang “Kitab Mafahim Yajibu an Tushahhah” yang berbunyi ;

“jika seseorang berkata, “ini (perayaan) ritual yang disyari’atkan beserta tata caranya,” maka saya akan bertanya kepadanya, “mana dalilnya?” dan jika ia berkata, “ini adalah tradisi”,  maka saya akan berkata kepadanya, “berbuatlah sesukamu”. Karena hal ini yang berbahaya dan berpotensi menjadi bencana yang kami khawatirkan adalah jika membungkus ibadah dengan tindakan bid’ah yang tidak disyari’atkan, namun hanya ijtihad manusia. Hal ini adalah pandangan yang tidak kami setujui dan justru kami perangi dan kami peringatkan.”


Salah satu gambaran keliru yang ada di dalam benak mereka adalah mereka mengira bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suatu ajakan pada malam tertentu tidak sepanjang tahun. Ketahuilah, bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ialah suatu hal untuk mengingat dan memiliki keterkaitan dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan mengatakan bahwa mengingat Nabi Muhammad hanya pada satu malam saja, sedangkan pada malam-malam lainnya tidak mengingat Nabi Muhammad, maka orang yang mengatakan seperti itu, telah melakukan dosa besar dan kebohongan yang nyata. Mengingat Nabi Muhammad tepat pada bulan kelahirannya adalah hari yang lebih bersejarah (spesial) dari pada mengingat di hari yang lainnya, karena pada bulan kelahiran beliau ada faktor pendorong yang lebih kuat untuk mengarahkan dan mengumpulkan orang-orang karena emosi mereka yang meluap-luap untuk merayakannya. 


Ketika seseorang berkumpul dalam rangka memperingati maulid nabi, maka yang terpenting bukanlah menetukan waktunya dengan tepat. Hal ini dikarenakan jika waktu peringatan itu ternyata sesuai dengan waktu kejadian maka ucapkanlah Alhamdulillah. Tetapi, jika ternyata meleset (melalukan perayaan untuk mengingat nabi Muhammad tidak sesuai waktu kejadian) maka Allah tidak akan menolak kita dan tidak akan menutup pintu-Nya untuk kita. Perbedaan dalam menentukan waktu tidak memiliki pengaruh, karena Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tidak meyakini disyari’atkannya berkumpul pada waktu-waktu tertentu. Masalah ini hanyalah persoalan tradisi sebagaimana yang telah dijelaskan. Yang terpenting adalah memanfaatkan kesempatan dan moment berkumpulnya orang banyak untuk mengarahkannya ke hal yang positif dan di malam tersebut, masyarakat dalam jumlah besar bisa berkumpul, baik mereka keliru dalam menentukan waktunya maupun benar. Hal ini dikarenakan berkumpulnya mereka ini untuk mengingat Allah subhanahu wa ta’ala dan mengungkapkan rasa cinta kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.


Tidak layak seorang yang berakal bertanya, “mengapa kalian memperingatinya?” karena seolah-olah ia bertanya, “mengapa kalian bergembira dengan adanya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam?” Apakah sah bila pertanyaan ini timbul dari seorang muslim yang mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah? Pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang bodoh. Seandainya pun  saya misalnya, harus menjawab, cukuplah menjawabnya dengan demikian, “saya memperingatinya karena saya gembira dan bahagia dengan beliau, saya gembira dan bahagia dengan beliau karena saya mencintainya, dan saya mencintainya karena saya seorang mukmin.” K.H. Luthfi Bashori, selaku Pengurus Pusat Hai’ah Ash-Shofwah Al-Malikiyyah “Ketua Bidang Dakwah” mengatakan “Barangsiapa yang mengharamkan orang membaca tahlil ataupun merayakan perayaan hari besar Islam seperti “Maulid Nabi”, maka bisa-bisa menjadi murtad (keluar dari agama Islam) karena tidak beriman kepada Allah dan Rasulullah yang berani mengharamkan bacaan sholawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak beriman kepada Allah yang berani mengharamkan pelaksanaan majlis ta’lim, dan tidak beriman kepada Allah karena berani mengharamkan shadaqoh berupa memberi makan tamu, baik yang dikenal maupun yang belum dikenal.


Abuya sayyid Muhammad bin ‘Alawi Al-Maliki al-Hasani juga menceritakan di dalam kitab yang dikarangnya “Kitab Mafahim Yajibu an Tushahhah”, bahwa hampir setiap siang dan malam di kota Makkah dan Madinah dibentuk perkumpulan guna memperingati maulid Nabi. Fakta ini diketahui sebagian orang dan sebagian lagi tidak mengetahuinya.


Oleh karena itu, Maulid Nabi adalah sebuah perayaan besar yang berupa tradisi besar ummat Islam, perayaan Maulid Nabi bukanlah Ibadah. Perayaan Maulid Nabi adalah suatu aktivitas yang mengandung banyak manfaat untuk masyarakat. Perayaan Maulid Nabi berguna untuk mengajak mendekatkan diri kepada Allah, memuji Nabi Muhammad, bersholawat kepada beliau, dan mengingatkan kepada umat akan budi pekerti, etika, aktivitas perjalanan hidup, serta ibadah Nabi Muhammad. Sesuai hadist :

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa bersholawat kepadaku dengan satu sholawat maka Allah memberinya 10 rahmat. Barang siapa bersholawat kepadaku sepuluh kali maka Allah memberinya 100 rahmat. Barang siapa bersholawat kepadaku seribu kali maka ia tak akan disentuh api neraka.”

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “sholawat kalian kepadaku adalah penghapus dosa-dosa.”



                                          Sumber : Buku terjemahan Kitab Mafahim Yajibu an Tushahhah
                                                         (Karya abuya Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani)



Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar